Label

Sabtu, 18 Februari 2012

It's You Chapter 1: Ghost


It’s You
Chapter 1: Ghost

Scene 1.1: Bus Stop
(Shin Aryoung’s POV)

Aku selalu di sini saat pulang sekolah, setelah menaiki bus dari halte sekolah menuju halte persimpangan di sini. Halte bus ini seperti rumah ketigaku setelah rumah dan sekolah. Saking sering dan lamanya aku di sini, aku sampai tahu hal-hal apa saja yang berubah di sini, bahkan hal terkecil sekalipun.

Setiap pulang sekolah, aku selalu di sini untuk beberapa jam. Entah itu makan, bersantai, bahkan tidur dan mengerjakan tugas sekolah, benar-benar seperti rumah. Dan kalau aku sedang agak malas di halte, aku akan merencanakan ke mana aku pergi setelah ini, karena halte tersayangku ini adalah pusat segalanya menurutku. Ke mana-mana selalu dekat. Kalau aku mau ke pusat kota, dekat, tinggal jalan beberapa meter aku sampai. Jalan ke rumah tinggal naik satu bus lagi dan aku sampai di rumah. Pergi ke sekolah pun mudah, naik satu bus lagi dan 5 menit kemudian aku sampai.

Bernar-benar halte kesayangan.

Hari ini, pemandangan baru yang kulihat adalah beberapa tanaman baru yang ditanam di sekitar halte, cat halte yang sebelumnya kuning kusam mencari biru terang, dan cuaca mendung yang menyelimuti sekitar.

Plus hawa menusuk.

Segera kurapatkan jaketku. Sekarang memang memasuki musim gugur, jadi wajar saja kalau udara sangat dingin dan langit selalu murung. Daun-daun coklat berguguran di mana-mana. Dan jangan harap daun itu kering, karena cuaca selalu lembab dan bahkan hujan, hampir tak ada cahaya matahari yang muncul atau bersinar; semuanya tertutup mendung.

Ini hal pertama kalinya, di kota ini setidaknya, bahwa musim gugur bukannya disinari cahaya matahari terakhir sepanjang musim namun malah ditutupi gumpalan awan kelabu-cenderung-gelap dan rasanya seolah ak pernah ada musim semi dan musim panas. Para pakar mengkhawatirkan bahwa musim semi maupun musim panas akan terlambat datang—atau malah tak datang sama sekali.

Angin berhembus kencang, menerpaku dengan kencang dan menyebabkan daun-daun beterbangan ke mana-mana.

Aiiissss... Menakutiku saja, pikirku. Segera kurapatkan jaket yang entah kenapa kali ini rasanya terlalu tipis untuk kukenakan. Mungkin jika ada waktu aku akan membeli jaket supertebal. Dalam hati aku mengutuk baju seragam gadis yang pendek. Padahal aku sudah pernah protes untuk memanjangkannya. Apalagi sekarang sudah musim dingin—meskipun datangnya mendadak. Entah sudah jam berapa sekarang, padahal aku pulang sekolah tadi jam 02.30...

Sialan. Aku tak mau pulang telat atau pulang malam. Kalau cuaca masih seperti ini sampai malam, aku tak kunjung pulang, dan bis tak kunjung datang...

Aku bergidik ngeri, membayangkan aku akan mati membeku dengan pose berdiri yang sama sekali tak elegan...

Kemudian aku sadar, keadaan sangat sepi, tak seperti tadi, hanya beberapa motor saja yang lewat lalu tak ada apa-apa lagi, pasti karena cuaca dingin yang mencekam ini. Perasaan takut mulai mencekamku. Segera kupasang earphone ke telinga dan mendengarkan lagu keras-keras. Begitulah caraku untuk menghalau rasa takut. Kualihkan pandanganku ke segala arah, mencari siapapun yang ada agar aku tak merasa takut.

Lalu kulihat dia...
°°°


Scene 1.2: That Guy
(Shin Aryoung’s POV)

Lalu kulihat dia...

Berjalan kemari dari arah datangnya angin menggigit tadi, seperti hantu, dia berjalan santai seolah tak ada apapun yang menghalanginya, atau bahkan tak merasakan apapun.

Ataukah dia memang hantu? Aku bergidik pelan. Dia berdiri dengan tenang di pinggir halte, menghadap ke jalan, seolah menunggu bis yang lewat. Dia berdiri santai tanpa sekalipun berpikir menatap ke arahku atau apapun. Mungkin dia tak menyadari aku atau apa...

Angin berhembus lagi, dan tubuhku bergetar karena kedinginan. Aiisss... Kenapa jaket ini tiba-tiba tak berguna sih? Gigiku bergemeletukan dan sepertinya bibirku mulai membiru. Aku harus segera pulang kalau tidak mau mati beku di sini. Namun kakiku rasanya tak mau bergerak. Jangan-jangan kakiku sudah beku?

Tiba-tiba cowok itu menoleh cepat ke arahku dan memandangku tajam.

Jantungku yang rasanya sudah hampir beku ini tiba-tiba berdetak kencang. Caranya memandangiku... Tak tertebak, banyak sekali ekspresi yang terdapat di mata yang menatapku tajam. Dan aku bergidik bukan karena dingin, tapi arena betapa tajam dan intensnya cowok itu memandangku.

Setelah beberapa saat lamanya memandangiku dia berbalik memunggungiku, menatap jalanan penuh es atau salju (aku tak peduli) yang sekarang sama sekali tak ada kendaraan lewat. Aku menghembuskan nafas lega. Lalu mulai mengamatinya.

Rambutnya ikal hitam, posturnya tinggi (seperti artislah, pasti dia juga berperut rata dan sebagainya), dan dia tampan, namun kulitnya sangat pucat, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaketnya yang panjang dan tampak hangat. Dia memakai kaus abu-abu, jaket hitam tadi, dan putih yang terlilit di leher jenjangnya, celana jeans abu-abu gelap yang ia pakai tampak serasi dengan sepatu bot hitam yang ia pakai. Sepertinya dia juga seumuran denganku.

Sesungguhnya, kalau dilihat dari keseluruhan, dia sangat tampan dan keren, tapi menakutkan. Sikap santai yang menakutkan.

Kini badannya berbalik menghadapku lagi dengan tiba-tiba. Tampaknya ia sedang mempertimbangkan untuk menghampiriku, kalau dilihat dari kakinya yang mulai bergerak-gerak seperti ingin melangkah. Aku menunduk, takut kalau ia benar-benar akan menghampiriku. Pandangan matanya masih terasa menghujamku meski aku menunduk.

Dia maju satu langkah dengan pelan, menghampiriku. Tapi dia tak melangkah lagi, pelan-pelan aku mendongak ke arahnya, dan segera menunduk lagi begitu dia menyadari kalau aku juga memandanginya. Aduh, cowok itu benar-benar menakutkan. Apa yang dia pikirkan?

Bus yang biasa kutumpangi ke rumah berhenti. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam bis dan bersembunyi di salah satu bangku.

Cowok itu hanya menatapku dari luar, tanpa terlihat akan melakukan sesuatu. Tapi aku yakin tipe seperti dia adalah tipe yang bisa masuk lewat mimpi buruk.

Aku menghembuskan nafas lega begitu sosoknya sudah tak terlihat lagi dan tersenyum.
°°°

Scene 1.3: Friday Night
(Shin Aryoung’s POV)

Sesampainya di rumah aku langsung mandi dengan air hangat dan berendam. Aku masih mengingat-ingat peristiwa menyeramkan tadi dan di rumahku, rasanya semua itu hanya mimpi.

Namun cowok tadi benar-benar mengusik pikiranku.

Dia itu siapa? Tak mungkin kan kalau hantu sungguhan? Terus kenapa dia menatapku terus? Jangan-jangan dia bisa baca pikiranku?! Kenapa tampaknya dia tak tampak kedinginan sama sekali? Wajahnya sangat tenang, dan hampir-hampir tanpa emosi kecuali rasa penasaran dan santai yang terpancar di sana. Dia tampak sangat pucat, hampir hanya pakaian dan rambutnya saja yang tampak.

Apa yang ia pikirkan?

Tatapannya sangat tajam dan dia hanya melihatku, bukan yang lain-lain, membuatku bergidik lagi. Bahkan rasa dinginnya masih menususk meski aku berendam di air hangat. Tatapan itu bukan sembarangan. Pasti berarti sesuatu.

Setelah mandi aku langsung memakai baju terhangat yang kupunya. Kurebus mi instan yang tersisa dan kumakan semua sambil menonton berita. Berita sangat ramai dengan peristiwa cuaca buruk mendadak tadi. Diperkirakan satu jam lagi cuaca membaik jadi aku bisa membeli banyak pakaian hangat. Untung uangku masih banyak. Hidup tanpa orangtua dan sanak saudara tinggal jauh itu menyusahkan. Aku harus jadi penulis kalau mau terus hidup karena hanya itu yang aku bisa.

Meski aku juga sering menjadi perancang busana dan menjahitnya sendiri, tapi aku juga yang memakainya. Entah siapa yang akan menyadari bakat desainku yang satu itu.

Berita tentang cuaca mulai memudar, digantikan oleh acara-acara seperti biasanya. Kebetulan sekarang sedang menyiarkan acara musik. Kebetulan salah satu lagu favoritku sedang diputar, dan menduduki chart tinggi, kelima.


Every day I shock (shock) Every night I shock (shock)
I'm sorry jebal naege dasi dorawa jullae
Every day I shock (shock) Every night I shock (shock)
nan neo ttaemune amugeotdo hal su eomneunde oh
Come to me oh oh oh tonight so so crazy
Come back back back to me (I'm waiting (for) you you)
Oh oh oh tonight so so crazy
jeoldaero kkaeeonal su eobseul geot gata ma shock

Mungkin aku bisa menonton acara itu sampai satu jam ke depan.
°°°


Sekarang pukul 06.30 malam. Tentu saja aku tak berani harus ke halte bus malam-malam kalau ada cowok tadi. Maka aku melalui jalan satunya lagi menuju kota. Memang agak jauh sih, tapi itu lebih baik daripada aku berdiri menunggu bis di halte kesayangan ditemani cowok yang tak jelas spesiesnya (hantu atau manusia).

Aku tahu kalau aku terlalu berburuk sangka, tapi aku juga nggak mau ambil resiko. Kupasang sepatu bot hangat, sarung tangan, topi, dan headset besar berbulu yang juga difungsikan untuk penutup telinga. Kalau cowok aneh tadi serba warna hitam, abu-abu, dan putih, aku serba warna putih, biru, dan krem.

Aku tak mau kalah saingan dalam hal fashion donk! Dia yang keren itu harusnya mengalah denganku!

Aku berlari-lari kecil menuju halte bus satunya sambil menyanyikan lagu yang tadi disiarkan. Tubuhku sudah menghangat lagii!

Every day I shock, every night I shock...”

Semoga saja cowok itu bukan hantu yang terus mengikutiku kemanapun!
°°°°


(Cho Kyuhyun’s POV)

Aku masih merutuki diri dalam hati.

Entah bagaimana bisa ada seorang gadis yang bisa melihatku di halte bus. Harusnya aku bersembunyi. Tapi aku malah membiarkannya menatapiku dengan ketakutan. Dan aku balas menatapinya tajam, berharap dia mengerti dan segera menyingkir. Namun dia malah tetap memandangiku dengan ketakutan. Sampai dia hilang di bus yang dia tumpangi.

Menyebalkan.

Kalau sudah mengerti takut harusnya dia malah pergi! Bukan berdiri kaku seperti orang idiot!

Aku jadi bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan tadi. Dia tampak sangat lega begitu duduk nyaman di dalam bus yang sepertinya menuju ke rumahnya. Setelah beberapa saat, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke arah bus tadi, siapa tahu menemukan hal yang menarik.

Kueratkan jaket yang kupakai dan mulai berjalan. Kupakai tudung penutup kepalaku dan mulai bersenandung pelan. Mungkin saja bisa sedikit melupakan rasa dingin yang menusuk ini.

Cuaca hari ini sangat dingin. Aku tak’kan heran kalau gadis tadi beku hingga tak bisa kabur. Aku memang sangat aneh selama sebulan ini, tubuhku memucat tanpa kutahu sebabnya. Dan sepertinya gadis tadi mengiraku hantu. Jujur saja, terkadang aku menganggap diriku sendiri hantu.

Hampir satu jam aku berjalan-jalan tanpa tujuan pasti dan perlahan cuaca mulai cerah. Kuturunkan syal putih yang kukenakan hingga tampak kalung rantai yang kupakai. Kalung rantai ganda, dengan cincin sebagai liontinnya.

Entah kenapa tapi aku masih memikirkan gadis di halte bus tadi. Ia tampak senang sekali tadi berdiri di sana, sebelum ada aku. Seolah halte bus tadi adalah rumah kedua -nya. Aku penasaran siapa dia.

BRAK!!

Jantungku serasa meloncat keluar ketika kulihat seorang gadis berpakaian biru-putih-krem keluar dari pagar sebuah rumah dengan tiba-tiba, pagarnya sendiri hampir membuatku gepeng. Aku menghembuskan nafas lega namun segera tersentak ketika tahu siapa gadis itu.

Meskipun dari belakang, aku langsung tahu kalau dia gadis yang tadi ketakutan melihatku di halte bus. Sepertinya dia tak menyadari aku di belakangnya. Dia berlari-lari kecil sambil menyanyikan lagu Shock-B2ST. Aku curiga kalau penutup telinganya itu juga berfungsi untuk headset. Rupanya dia suka K-Pop.

Aku memutuskan untuk membuntutinya dari belakang. Kalau dilihat dari tingkahnya, sepertinya dia sama sekali tak sadar kalau kubuntuti. Benar-benar tipe gadis ceroboh.

Every day I shock, every night I shock...”

Aku tersenyum geli mendengarnya menyanyi seperti itu. Mungkin dia itu B2UTY, fans B2ST. Sebenarnya suaranya bagus, kalau saja tingkahnya yang tidak seperti gadis gila. Atau jangan-jangan dia memang gadis gila? Aku merinding membayangkannya.

Semoga saja cowok itu bukan hantu yang terus mengikutiku kemanapun!” teriaknya keras.
 
Aku terbatuk menahan tawa. Jadi dia masih memikirkanku?! Dan mengiraku hantu?!

Menggelikan.

Aku mengikutinya berlari sampai halte bus. Aah.. Ini halte bus yang berbeda dari tadi. Sepertinya dia terpaksa kesini. Haha, mungkin dia takut denganku. Yah, memang sih, kalau dipikir-pikir aku tadi datang seperti hantu, karena saat aku berjalan ke halte tadi salju sepertinya datang dari arah belakang dan ada kabut yang membuat jarak pandang mengecil. Padahal sebenarnya aku juga kedinginan sih, tapi aku hanya tak sadar saja arah datangku tadi bersamaan dengan arah datangnya badai hari ini.

Dia menaiki bus menuju ke kota dan duduk di kursi depan. Maka aku meloncat masuk dan duduk di baris paling belakang meskipun dia sendiri mungkin tak sadar kalau aku mengikutinya—dan mengamatinya dari belakang. Sepertinya mengamati gadis itu dari jauh merupakan kegiatanku untuk menghabiskan akhir pekan kali ini.

Dengan santai dan asyik dia duduk menghadap jendela, kepalanya bergerak-gerak pelan mengikuti lagu yang dia dengarkan. Sepertinya dia asyik sekali, namun dahinya sedikit berkerut. Apakah dia masih memikirkanku? Aku tersenyum membayangkan dia masih menganggapku hantu.

Akhirnya aku hanya menghabiskan waktu dengan tersenyum geli memandanginya menyanyi seperti itu.
°°°


Gadis itu turun di sebuah supermarket terkenal di kota. Apa yang dia cari? Aku benar-benar tak mengerti dengan apa sebenarnya yang dia cari. Kalau dia ingin beli makanan bukankah tak perlu pergi ke supermarket? Dia sangat asyik menjelajah rak snack. Aku ingin tahu apa selera gadis itu.

Dan dengan cepat dia menoleh ke arahku.

Ups! Aku segera bersembunyi ke balik rak sayuran yang ada di dekatku. Kulihat dia tampak ketakutan, mengerutkan kening, tersenyum goyah, lalu berbalik melanjutkan belanjanya.

Setelah dia berjalan cukup jauh aku keluar dari persembunyian dan mengikutinya lagi. Kuambil salah satu snack yang ada di rak dan memasukkannya ke keranjang yang tersedia. Lumayan juga untuk makan malam ini. Sejak tadi sore aku belum makan.

Aku mengikuti gadis itu menuju ke arah rak pakaian hangat. Ah, aku mengerti sekarang. Rupanya dia ingin membeli pakaian hangat! Tak heran sih kalau dia ingin membeli pakaian hangat. Aku justru heran kenapa dia tak membeku tadi. Kalau aku, karena penyakit anehku ini, aku bisa kedinginan, namun aku tak bisa membeku di suhu berapapun. Mungkin kulitku memucat karena kepingan-kepingan es kecil yang menyusup ke kulitku dan membuatku beku tanpa ketara?

Dia membeli banyak sekali jaket! Salahnya sendiri nekat berdiri di cuaca buruk dengan pakaian seperti tadi! Itu masih terlalu tipis untuk ukuran cuaca dingin sekalipun! Musim akhir-akhir ini memang sering berubah, dari hangat dan dingin dan sebaliknya, mungkin gadis itu mengira cuaca akan tetap cerah. Maka dia tadi memakai baju tipis.

Dia terlihat sangat senang saat memilah-milah baju hangat yang tersedia. Aku penasaran apakah dia akan membeli banyak sekali baju hangat? Mungkin karena dia trauma karena hampir mati beku dan bertemu hantu tadi.

Aku terkekeh kecil mengingat raut wajahnya saat melihatku datang tadi.

Setelah agak lama dia memilah-milah baju, sampai aku hampir mati bosan, akhirnya dia mengambil beberapa baju hangat supertebal, satu selimut hangat, dan beberapa snack sekaligus mi instan. Rupanya dia penyuka rasa bakso sapi untuk makanan.

Saat masuk ke rak syal, tahu-tahu dia menoleh lagi ke arahku dengan cepat, tepat ketika aku berdiri tak jauh darinya, yang terang-terangan sedang membuntutinya.

Aku gelagapan, tak tahu harus bersikap apa, terang-terangan menatapnya atau segera pergi dari sini?
°°°

(Shin Aryoung’s POV)

Aku sangat senang memilih pakaian-pakaian hangat dan sedang memasukkannya ke keranjang belanja saat aku melihatnya dengan jelas. Dan aku terbelalak ketakutan.

Hantu yang sejak siang tadi terus membuntutiku.

Dia berdiri menghadapku dengan mata yang melotot ke arahku, sepertinya dia juga kaget. Sudah kubilang kan kalau dia hantu! Pakaiannya saja sama! Tapi, eh, apakah dia membawa keranjang belanjaan?!

Mulutku ternganga antara takut dan kaget. Dan dia memelototiku makin dalam lagi. Kami saling diam dan menatap satu sama lain dengan posisi diam tanpa memperhatikan suasana. Orang-orang berlalu di sekeliling kami—bahkan ada yang menabrak—tapi kami tetap diam. Semuanya sudah seperti bayang-bayang kabur saja bagiku.

Satu menit...

Dua menit...

Empat menit... Ya Tuhan! Apa yang kupikirkan! Harusnya aku kabur! Setan itu menatapku tajam begitu tahu maksudku untuk kabur.

Aku segera berlari melewati rak-rak menuju kasir. Sebaiknya aku segera membayar semua barang ini dan pulang ke rumah. Untuk begadang.

Tapi sialnya hantu itu justru mengejarku dari belakang. Aku mempercepat lariku dan tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang di sekitar.

Tinggal lima langkah lagi menuju kasir...

GRAP!

Sepasang tangan kokoh mencengkeram pergelangan tanganku dari belakang.
°°°


(Cho Kyuhyun’s POV)

GRAP!

Kuraih dan kucengkeram tangannya di langkah-langkah terakhirnya menuju kasir.

Matanya terbelalak lebar dan seakan ingin berteriak, namun aku menatapnya lebih tajam lagi.

Gadis itu segera memberontak sambil berusaha menginjak kakiku dan berhasil melepaskan tangannya dari cengkeramanku dan segera membayar barang-barangnya di kasir. Aku hanya diam terpaku sambil mengamatinya membayar belanjaan sambil panik menatapku. Dikeluarkannya sebuah kartu dan beberapa lembar uang.

Kartu pelajar?!” tanya petugas kasir bingung yang kusambut dengan kerutan di dahi, buat apa dia menyodorkan kartu pelajar?

Seunghwa Academy, Shin Aryoung,” ucap gadis itu cepat.

Petugas kasir itu seperti tersedak dan segera melayaninya dengan cepat.

Ini kembalian termasuk diskon pelajar khusus Seunghwa Academy,” kata petugas kasir itu mulai terbata-bata. Ada apa memang? Aku mengerutkan keningku.

Terima kasih,” sahut gadis itu dan cepat-cepat memasukkan kartunya sekaligus uang kembalian. Dia tersenyum setengah terpaksa setengah panik pada si petugas kasir dan segera berbalik seperti ingin kabur lagi.

Dan benar, setelah membayar dia cepat-cepat setengah berlari menjauh dari sini. Aku segera membayar barang belanjaanku namun dia sudah menghilang di balik malam. Cepat sekali dia pulang. Kuharap dia tak terluka atau apa...

Kulihat jam di pergelangan tanganku. Setengah sembilan malam. Untung sekali tidak terlalu malam untuk gadis pergi di saat-saat seperti ini. Sebaiknya aku pulang sekarang. Kuambil kunci mobilku dari dalam saku lantas segera menyetir mobil dengan kecepatan penuh. Menuju rumahku.

Kuingat-ingat kejadian tadi, penasaran tentang gadis itu sebenarnya, maksudku, aku baru bertemu dengannya siang ini dan dia langsung mengiraku hantu! Hantu! Bisa kaubayangkan?!aku mendengus kesal. Kudengarkan lagu Dance, Dance, Dance milik Red Hot Chili Pepper dari earphone yang kusambungkan dengan Music Player dan bernyanyi. Kuamati hembusan nafasku yang seperti uap putih dan aku memikirkan lagi statusku di mata gadis tadi. Aku ini hantu baginya. Bagi gadis tolol itu.

Dan namanya bukan gadis.

Tapi Shin Aryoung. Kuucapkan nama itu berulang-ulang dan tersenyum. Menyadari bahwa aku mulai menyukai nama anak itu

Shin Aryoung...
°°°




It’s You
Chapter 1: Ghost
[End]
(2811)



It’s You

Cast              : Cho Kyuhyun (Super Junior)
                      Shin Aryoung (Fiction Character)
Theme Song : Shock-B2ST
                      Dance, Dance, Dance-Red Hot Chilli Pepper




NB:
1. Oke, aku tahu aku nggak bisa edit gambar, jadinya ancur kayak di atas *sigh. Aku nggak pakai gambar Kyuhyun karena... Karena aku nggak punya gambarnya. Lagipula aku nggak tahu musti pakai gambar apa, jadi pakai itu aja.
2. Aku sudah pernah upload tuh FanFict di akun FaceBook-ku, dan sampai chapter 4 gak aku upload. Maka cerita ini aku rombak habis-habisan dari awal. Jadi mungkin agak beda.
3. Aku nggak tahu bakalan upload chapter selanjutnya atau tidak, kenapa? Chapter 2 aja baru aku rombak, hehehe... :)
4. Inti: Please jangan plagiat karyaku oke?! Aku hargai kalo gak dibaca atau dikomen atau apalah, tapi PLEASE JANGAN PLAGIAT OKE?! (Rada ragu siapa yang bakalan plagiat FF aneh ini... -_-)



Thanks For Reading!
*Bows with Eunhyuk

Kamis, 16 Februari 2012

Aku

Sebenarnya...
Namaku Palupi Rahmadani...
7 Januari 1998

Aku buat blog ini untuk nge-post karya tapi entah kenapa... Kok aku tak kunjung nge-post...
Bukan karena aku malas....
(Oke, itu alasan)
Tapi aku ingin cari waktu yang tepat untuk post nanti.

Aku sudah buat karya...
Meski rada gak mutu (kayaknya)...
Jangan diplagiat ya...

Rabu, 15 Februari 2012

Jika

Kalau daun jatuh diterpa angin...
Aku bertanya ke mana perginya...
Ke telapak tanganmu kah?

Sabtu, 11 Februari 2012

Kemarin...

Kemarin, aku nggak ngerti...

Ada workshop tentang narkoba di sekolahku, iya sih, tentang narkoba, tapi entah kenapa kok rasanya agak melenceng dari pembicaraan.
enaknya sih yang bawa acara enak, tapi kok aku agak gak sreg. apalagi aku tetep aja ngantuk dan bosen...

Apalagi acara workshopnya kayak kebanyakan, pake renungan yang bikin nangis kaum cewek.

Aku bosen!

Pengen pulang!

Tapi yang ada malah sibuk nenangin temen di sebelahku yang lagi nangis heboh...
Pas selesai, tisu yang dikasih salah satu rekan pembawa kukasihin ke dia...

Kasian buat yang nangis, aku aja bosen setengah mati, pas disuruh nutup mata aku gak denger pembawa acaranya ngomong apaan, aku malah mikir di rumah pengen ngapain aja...

Intinya, gue sebel sama hari kemaren! udah lama banget pula!
SEBEL!!!!!